Tuesday, June 28, 2011

Kurang Beruntung?! Benarkah?


Dua tahun lalu, saat aku gagal masuk kuliah ke sebuah universitas yang diinginkan orang tuaku.. aku dapat statement ini dari ayahku : “Orang cerdas kadang-kadang emang bisa kalah sama orang beruntung kalo untuk hal kaya gini”
Waktu itu aku cuma ngangguk-ngangguk. Mungkin ini caranya menghibur dirinya sendiri. Ya, dirinyalah yang sedih karena kegagalanku, bukannya aku. Karena dari awal, aku memang tidak punya niatan menuju ke sana, tapi aku menghargai keinginannya sehingga aku mau untuk mengikuti tes masuknya dan belajar semampuku untuk itu. Meski tidak ada sedikitpun kesedihan yang ku lihat, tapi yang jelas, ia sedikit kaget dengan kegagalanku itu.
Tapi saat ini, ketika aku ingat kata-kata itu lagi, aku tidak lagi angguk-angguk. Tau kenapa?
Ini yang ada di pikiranku,, mungkin orang bisa bilang aku kurang beruntung saat itu karena gagal masuk ke salah satu universitas negeri ternama di Indonesia, dan saat ini aku ‘hanya’ berada di sebuah universitas pendidikan yang mungkin banyak orang yang kecewa dengan pilihanku ini.
Tau dari mana mereka kecewa? Hm,, ada beberapa pendapat yang sampai sekarang masih aku ingat. Salah satunya pendapat dari teman sekelasku dulu, “Sayang kalo endah cuma jadi guru… kenapa ngga jadi dokter atau apa gitu yang semacam itu ndah…”
Mereka mungkin bisa berkata aku kurang beruntung. Tapi aku tidak merasa begitu. Aku rasa aku malah kurang beruntung jika aku berada di universitas keinginan orang tuaku itu. Dan aku rasa di sinilah keberuntunganku. Bukan di sana.
Siapa yang jamin aku bakalan sukses dengan adanya aku di sana? Apa iya aku akan bisa menempatkan diriku dengan baik di sana? Atau malah aku akan menjadi orang yang sangat susah payah untuk menyelesaikan kuliahku?
Dan taukah? Aku sungguh merasa nyaman di sini. Dengan universitas yang aku pilih sendiri dan jurusan yang aku senangi. Ya walapun waktu memilihnya aku tidak benar-benar tau apa yang aku inginkan di sini. Tapi aku tidak bisa sebutkan hal-hal apa yang buatku merasa aku tidak beruntung dengan keberadaanku di sini. Rasanya tidak ada. Bahkan saat ini pun sepertinya aku sudah berhasil membuktikan pada orang tuaku bahwa aku tidak main-main di sini, dan mereka bisa lihat keseriusanku dari hasil yang ku dapat setiap akhir semester. Dan jelas sekali tidak ada kekecewaan mereka mengenai itu, karena mereka pun saat ini mau ikut mendiskusikan masa depanku nanti sebagai seorang guru.
Entah apa jadinya jika Allah membiarkanku berada di universitas yang jauh itu dengan jurusan yang kurang bersahabat dengan suasana hatiku. Mungkin aku akan banyak mengecewakan orang tuaku. Apa iya, dengan gagalnya aku masuk ke sana maka aku tidak beruntung?
Aku rasa bukan..
Aku rasa, yang benar adalah, di sana bukan letak keberuntunganku. Tapi di sinilah keberuntunganku.
Dan aku tidak lagi merasa salah dengan perasaanku saat itu, karena saat aku tau aku gagal, seketika aku berkata dalam hati, “Alhamdulillah ya Allah, makasih..”
Jadi, saat ini aku rasa kurang bijak jika aku berkata seseorang itu beruntung atau seseorang itu tidak beruntung. Bukankah Allah yang paling tau apa yang terbaik untuk hamba-Nya? Dan bukankah mendapatkan yang terbaik untuk kita merupakan sebuah keberuntungan?
Kalau aku tidak salah menyimpulkan, maka aku simpulkan bahwa aku tidak pernah tidak beruntung. Aku selalu beruntung. Karena aku tau, ada Allah yang menyiapkan setiap alur skenario kehidupanku, dan itu yang terbaik untukku. Jadi, aku adalah orang beruntung.
Bukan cuma aku.. semua orang.. siapapun.. semua tidak pernah tidak bertuntung. Mungkin yang ada adalah tidak samanya keinginan kita dengan sesuatu yang terbaik yang dipilihkan-Nya untuk kita. Sehingga kita merasa kita tidak beruntung karena tidak mendapat apa yang kita mau. Tapi apa iya, kita akan beruntung jika kita dapat yang kita mau?
Teman, jangan lagi berkata bahwa “aku ngga seberuntung dia…” atau “aku ini selalu ngga beruntung..” atau “aku ini emang sial terus..”. Kalau memang suatu hal buruk harus terjadi, memang tidak ada larangan untuk bersedih. Tapi akan lebih menyedihkan jika kita masih berkata kita kurang beruntung. Bukankah tidak menyadari keberuntungan yang ada merupakan hal yang menyedihkan?
Bukankah meragukan pilihan-Nya juga hal yang menyedihkan?
Dan bahka bukankah memprotes kehendak-Nya juga hal yang menyedihkan??

Dan bukankah hal itu berarti ada sedikit rasa kurang bersyukurnya kita?
Yuk ah… Let’s say… “Aku Beruntung!” ^^

*Thanks Allah, aku beruntung dengan adanya Engkau bersamaku..

No comments:

Post a Comment